Hari Pertama Sekolah

27 Agustus 2015

Aku bertugas di SDN Bea Lamba, sekolah yang belum lama ini dibangun. Sekolahnya sudah permanen, dinding, lantai maupun atapnya. Bisa dikategorikan seperti sekolah di kotalah gedungnya. Tetapi setelah melihat siswa-siswanya, dan sarana dan prasarana sekolah aku menjadi kasian. Mereke ke sekolah dengan seadanya, ada yang tidak pakai sepatu, ada yang pakai sendal jepit, ada yang tidak pakai seragam dan tas mereka hanyalah kantong plastik(plastik kresek yang biasa kita buang). Buku di sekolah ini terbatas, jangankan untuk siswa, buku paket untuk guru saja tidak ada. Kalaupun ada itupun buku dari kurikulum lama. Di situ aku berpikir betapa beruntungnya hidupku selama ini, aku sekolah dengan berkecukupan, seragam lengkap bahkan buku juga tapi aku masih kurang bersyukur. Aku masih menyia-nyiakan semua itu dulu, dan menjalani hari hari kurang semangat. Di sini aku diberi semangat baru, saat apel pagi pertama kenalan semangat mereka ke sekolah di buktikan dengan nyanyian mereka yang lantang mengagetkanku. “waw,,,,,betapa semangatnya mereka, betapa beraninya mereka bernyanyi, betapa lantangnya suara meraka tanpa ada rasa takut”. Senyuman mereka menyejukkan hati ini, rasa lelah dan takut terbalas sudah. Melihat semangat mereka akupun ingin lebih semangat memberi motivasi bagi mereka semua dalam pendidikan.
inilah potret di SDN Bea Lamba-sekolah yang dibangun di atas batu batu besar.






Setelah perkenalan dan saling bertanya, aku sangat salut pada anak-anak didikku. Ternyata mereka pergi sekolah dengan jarak yang jauh dan berjalan kaki bahkan ada yang tanpa alas kaki, miris sangat jika ku melihat mereka berjalan di tengah batu jalanan yang panas tanpa alas. Kalau dibandingkan dengan anak didik ku yang dulu sangat jauh berbeda. Mereka yang anak kota kalau tidak di antar ke sekolah tidak akan pergi sekolah. Nah,,mereka yang disini semangat ke sekolah karena kemauan sendiri.


Ada hal lucu yang membuat ku tersipu malu karena ulah anak didikku. Anak-anak selalu panggil atau menyapa dengan panggilan yang membuatku tersipu malu. Di sini, bagi mereka ibu guru bagaikam artis saja. Tiap bertemu selalu senyum dan mngucapkan “selamat pagi ibu guru cantik”, begitu juga dengan siang maupun sore. Dimanapun bertemu mereka selalu menegur seperti itu dengan wajah polosnyaJ. Lama kelamaan aku mulai betah dan menjalani hari-hari dengan ikhlas sehingga waktu seakan berputar sangat cepat.